Untukmu, Guru - Taekwondo
Hallo
apa kabar sobat pecinta/praktisi bela diri apa pun dan dimana pun berada.
Kesempatan baik kali ini saya menulis tentang seseorang yang telah berjasa
mengajarkan saya banyak hal dari seni bela diri. Seseorang ini adalah guru/pelatih/sabeum di seni bela diri Taekwondo.
Beliau
yang memiliki nama lengkap Eka Suwartana, kelahiran Bantul, 28 Maret 1972
dengan profesi Pegawai Negeri Sipil (bidang kesehatan) telah mengenal Taekwondo sejak tahun 1990 dan
masih menekuni hingga saat ini (2017). Sabeum
Eka, begitulah kami sebagai murid-muridnya di Taekwondo sering memanggil
beliau.
Selidik
punya selidik, ternyata dari kecil beliau sudah memiliki hobi berolahraga
selain Taekwondo, contohnya seperti bulu tangkis dan tenis meja. Dijelaskan
lebih lanjut, awalnya beliau hanya ikut-ikutan saja di Taekwondo apalagi di
dalam profesinya dituntut kemampuan dan kondisi yang prima.
Sabeum
Eka yang memiliki motto hidup “Hidup harus bermanfaat bagi banyak orang” juga menuturkan
lebih lanjut, belajar dan berlatih Taekwondo memberikan banyak manfaat di
segala lini kehidupan sehari-hari. Beberapa manfaat tersebut antara lain
- Banyak teman-teman Taekwondo yang berasal dari berbagai profesi lain dan berbeda satu dengan yang lainnya.
- Kedisplinan terbentuk secara bertahap dan menjadi kebiasaan yang baik.
- Manajemen waktu yang menjadi baik.
- Belajar tak kenal waktu dan batasan, jadi bisa kapan saja, apa pun, ataupun di mana pun.
- Menghargai apa pun yang dijumpai.
- .... sampai banyak hal yang tidak akan bisa dijelaskan, beliau menuturkan.
Pengalaman
adalah guru terbaik. Dari kata-kata tersebut maka saya coba menguak pengalaman
ataupun jam terbang yang dimiliki sabeum Eka selama di Taekwondo.
- Pada jaman dahulu (sebut saja ketika sabeum Eka masih muda) kesempatan atlet masih sangat terbatas sehingga beliau diperbantukan ke dalam program pengembangan tempat latihan (dojang) dan manajemennya.
- Mengawali tugas sebagai wasit di kejuaraan daerah pada tahun 1998 di Sleman, D.I. Yogyakarta hingga saat ini juga sebagai wasit Nasional.
- Tugas terjauh adalah sebagai wasit di salah satu kejuaraan terbuka yang terselenggara di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2017 ini.
- Sempat beberapa kali belajar seni bela diri seperti beberapa silat, Krav Maga, dan Hapkido.
Pengalaman
beliau pada point 4 di atas merupakan kecintaan beliau pada seni bela diri, Hapkido
yang juga turut melengkapi Taekwondo yang telah beliau tekuni hingga saat ini.
Sabeum Eka dan saya mengenal serta belajar bersama Hapkido di tahun 2014 dan
sangat bersyukur sekarang kami juga rekanan pelatih di Hapkido. Beliau menyampaikan
2 hal penting kenapa belajar Hapkido, berikut beberapa hal tersebut
- Ada beberapa teknik di Hapkido seperti bela diri praktis dan nyata yang tidak didapatkan di Taekwondo, sehingga hal ini cukup memperkaya pengetahuan dan ketrampilan diri.
- Komunitas/atmosfer di Hapkido yang positif dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
“Belajar
tak kenal waktu dan batasan, jadi bisa kapan saja, apa pun, ataupun di mana
pun”, saya rasa itulah yang mendasari sabeum Eka untuk belajar hal lain selain
yang telah ditekuni. Saya pun memberanikan diri bertanya tentang harapan apa
yang diinginkan sabeum Eka. Adapun harapan yang beliau sampaikan adalah
- Taekwondo menjadi seperti semula, tidak terpecah belah di tengah keanekaragaman yang ada di Indonesia.
- Taekwondo bisa mempersatukan bangsa bahkan untuk bisa berprestasi.
- Jangan mengorbankan generasi muda untuk kepentingan golongan/pribadi.
Pada penutup perjumpaan ini, sabeum Eka menyampaikan kepada saya dan berharap semoga hal semacam ini,
kreatifitas saya untuk menulis bisa ditularkan kepada yang lain dan berdampak
positif demi kemajuan bersama.
Akhir
kata dari saya, Heribertus_Orista menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada sabeum Eka Suwartana yang telah memberikan kesempatan terbaik dan berbagi
pengalamannya kepada kita semua.
Comments
Post a Comment