Hello.., tulisan kali ini
saya akan mengulas mengenai gymnastic alias
senam. Kenapa senam, karena pengalaman saya, senam adalah salah satu yang
menunjang untuk berbagai jenis olah raga.
Kesempatan baik ini,
saya mencoba bertemu dengan salah seorang sahabat yang beberapa kurun waktu ini
menjadi trainer pada senam
trampoline. Sahabat saya ini bernama Muhammad Wahyujati, kelahiran Jakarta, 20
Agustus 1990. Perjumpaan awal kami di tahun 2014, saat menjadi satu kepanitian
dalam salah satu kejuaraan Taekwondo di D. I. Yogyakarta dan baru jumpa lagi di
tahun 2017.
Langsung saja saya sampaikan ulasan tentang wawancara ekslusif saya ini. Sahabat saya ini, Wahyu, ternyata sudah tertarik dan bahkan memulai olah raga bela diri sejak masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar meskipun awalnya sempat tidak mendapatkan persetujuan dari orang tua. Ketekunan Wahyu membawanya untuk mengikuti dan berprestasi pada salah satu kejuaraan tarung Taekwondo pada tahun 2005.
Pengalaman dan ketekunan latihan Taekwondo membuatnya ingin mencoba hal yang lebih menantang, bergabung dengan tim demonstrasi Taekwondo. Tim demonstrasi harus memiliki skill yang tinggi namun tetap memiliki seni pertunjukkan sehingga sekitaran tahun 2009 membuat Wahyu ikut dan bergabung ke dalam komunitas tricking yang ada di Jogja bersama teman-temannya dari taekwondo, capoeira, parkour, dan dance.
Tricking membuat skill Wahyu semakin meningkat bersama teman-teman di komunitasnya, sampai-sampai Wahyu mendapat julukan Twister, yups Wahyu Twister. Sempat juga timbul pertanyaan, mengapa lebih menikmati tricking daripada bela diri yang sebelumnya dia tekuni. Alasannya sungguh mengejutkan saya, disampaikan bahwa terkadang dalam bela diri khususnya apabila keatletan kategori tarung terkadang yang dilihat adalah postur dan tinggi tubuhnya, bukan dedikasinya, berbeda dengan keatletan di kategori seni atau jurus yang tidak terlalu melihat postur.
Menurut Wahyu yang pernah punya pengalaman tidak lulus seleksi karena postur tubuhnya yang pendek, seni apa pun itu seperti jurus ataupun gumnastic seperti orang bisa salto dan tricking bukan karena postur tubuh semata, namun lebih kepada bagaimana dedikasi, usaha, dan ketekunan orang yang bersangkutan. Menurutnya masih banyak hal yang bisa dilakukan seandainya kompetisi tidak menerimanya, seperti halnya freestyle, tricking, ataupun dance yang tidak terlalu memandang postur tubuh. Dedikasi menurut Wahyu adalah di mana kita mencurahkan seluruh waktu yang paling berharga untuk hal yang paling dicintai dengan latihan, sewa alat, membeli suplemen sehingga mampu menemukan motivasi dan semangat di dalam kehidupan.
Sebelum menyelesaikan wawancara ini, sempat juga saya menanyakan saran ataupun penilaian terhadap perkembangan olah raga khususnya bela diri yang ada di Indonesia. Beberapa saran dari Wahyu yang sempat disampaikan adalah
1.
Jangan mudah menyerah apabila belum
lolos seleksi suatu cabang olah raga tertentu, masih banyak kesempatan.
2.
Kompetisi bukan satu-satunya tujuan
dalam bela diri, minimal bisa membuat tubuh tetap sehat.
3.
Wajar saat bela diri mengalami pasang
surut, kita yang di Asia masih unggul dalam seni bela diri.
4. Jangan takut atau khawatir dengan postur
tubuh yang kecil, latihan terus dan akan membentuk mental.
5.
Fighter/atlet
semoga tidak cepat puas dan sombong, karena di atas langit masih ada langit.
6.
Pelatih ataupun senior hendaknya
memberikan pelajaran dan kesempatan yang baik kepada atlet-atlet yang baru dan
belum memiliki pengalaman/jam terbang masih kurang.
Wawancara atau ngobrol saja sepertinya kurang bermanfaat nih, jadi saya beberapa kali coba turut berlatih dan didampingi oleh sahabat saya ini. Beberapa kali ikut latihan dan hasil latihan pun juga turut dievaluasi, dan hasilnya adalah
1. Materi yang disampaikan oleh Wahyu bisa
saya tangkap dan lakukan dengan baik, dalam hal ini untuk backflip (kapan-kapan
nanti akan saya bahas dan tulis ya untuk tips melakukannya yang aman).
2. Progress sudah baik, jarang ada fighter bela diri yang bisa mengejar materi
gymnastic dengan cepat karena
rata-rata fighter memiliki tubuh yang kaku dan sulit dibentuk.

Comments
Post a Comment