Apa kabarnya nih? Semoga selalu
sehat dan bugar ya. Well, kali ini
aku akan membahas bela diri dari sudut penggunaannya, tentunya yang positif
untuk menjaga diri dari ancaman, bukan untuk berkelahi, menyakiti, atau
seenaknya memperlakukan orang lain. Itu salah satu harapan yang ideal dan
positif saat menekuni aktifitas berlabel
“belajar” bela diri. Lalu, bagaimana apabila ga semua hal itu ideal dan sesuai
harapan positif seperti filosofi tiap seni bela diri ataupun pelatih berikan
kepada muridnya?
Jadi apa yang kita lakukan? Yuk mari, aku akan memberikan dua pilihan ini,
Kali ini aku akan mencoba
mengulasnya, melihat lebih dalam dan seturut pengalamanku. Tidak semua hal
selalu seperti yang kita mau kan? Bahkan di tempat latihan pun banyak hal-hal
di luar dugaan. Nah, bagaimana apabila kita ada di luar sana, bukan di tempat
latihan? Semua menjadi tidak ideal dan sulit kita tebak. Sebagai seorang
praktisi bela diri, aku akan memberikan sedikit tips hal apa saja yang
sebaiknya kita perhatikan saat diri kita sedang terancam. Aku memikirkan
setidaknya ada 3 point yang harus selalu kita ingat dan tidak boleh kita
lakukan, yaitu :
1. Berpikir
pertarungan yang fair (sportif)
Fair alias
sportif? Itu hanya bisa terjadi saat pertandingan atau jika kamu berada di
tempat latihan bersama dengan teman berlatih dan pelatihmu. Semuanya seturut
peraturan dan segalanya dikondisikan supaya kamu memiliki teknik dan reflek
yang baik saat ada serangan datang kepadamu.
Di luar, jalan,
atau di manapun kamu tidak pernah tahu kondisi sebenarnya. Jadi selalu jaga
dirimu sendiri dan lindungi bagian-bagian vitalmu karena orang yang mengancammu
tidak segan-segan menghabisimu. Apabila bisa berlari maka berlarilah dan
hindari pertarungan itu. Namun apabila sudah sangat mendesak maka jangan
terlalu lama “bermain-main” dengan lawanmu, melumpuhkan lawanmu dengan teknik
yang efisien dan tepat. Ingatlah, keluarga dan orang-orang terdekatmu
menunggumu untuk pulang ke rumah dengan selamat dan tetap berjumpa denganmu!
2. Memberikan
sinyal untuk bertarung
Kamu tahu arti
sinyal? Iya, sebuah tanda. Tanda itu dapat dilihat dan mudah dimengerti, bahkan
oleh orang yang sedang emosional apalagi apabila orang itu sedang naik pitam.
Coba sebentar
kita membayangkan ini. Kita sedang bersantai di sebuah cafe menikmati secangkir
minuman hangat kesukaan kita sembari melihat pemandangan di sekeliling kita.
Tanpa tersadar ada orang lain yang merasa kalau kita sedang mengamatinya dan
orang itu tidak terima. Orang yang tidak terima itu kemudian mendekati kita, berbicara
secara emosional, dan menantang kita dengan ekspresi yang penuh amarah.
Jadi apa yang kita lakukan? Yuk mari, aku akan memberikan dua pilihan ini,
- Terpancing meladeni kemudian berdiri menatapnya dan berusaha keras memaksakan kalau kita tidak salah (dengan suara keras juga) ataupun sikap tubuh yang menantang tidak mau kalah
- Mendengarkan dan menunggu ocehannya selesai, mengajaknya untuk duduk dan berbicara dengan baik menjelaskan apa yang sebenarnya kita lakukan duduk di situ sambil menikmati minuman ataupun hidangan bersamanya.
Haiiii (aku bertanya padamu)...
mana yang kamu pilih? Tidak ada orang yang mau kalah bukan, dan tidak ada yang
mau kebenaran diinjak-injak apalagi jika kamu merasa terancam. Naluri akan
mengatakan untuk mempertahankan diri. Jika keduanya, kamu dan dia tidak ingin
kalah, maka kalian akan saling mengalahkan, bisa saja dengan ocehan ataupun
dengan fisik kalian bukan? Selalu ada hal yang menyulut pertikaian, tak peduli
siapa yang mendahului ataupun yang menanggapi, semuanya akan terjadi apabila
ada tanda (sinyal).
Kamu mengoceh, beradu argumen
hingga baku hantam itu bentuk pertikaian dan bagiku itu sama dengan bertarung.
Ini adalah beberapa sinyal yang dapat menyulut pertikaian di luar sana
- Tatapan mata yang tajam dan menantang, hanya mengarah ke satu orang saja bahkan diikuti dengan mimik wajah kaku dan tanpa senyuman
- Kata-kata yang keluar dari mulut, apalagi jika kata-kata itu kasar, tidak teratur bahkan disertai dengan ejekan yang memprovokasi
- Sikap tubuh yang siap bertarung dan disertai dengan sinyal-sinyal yang mengajak bertarung
- Pikiran dan hatimu yang selalu mengajarkan untuk terus mengalahkan orang lain tanpa ampun, “no mercy”
3. Tidak
menjaga jarak
Kedua poin sebelumnya, nomor 1 dan nomor 2 mengajarkan dan menanamkan bagaimana meminimalkan kondisi yang mengancam diri. Lalu bagaimana apabila kedua poin tersebut sudah dilakukan namun tetap menimbullkan kondisi yang tidak menyenangkan bahkan tetap mengancam?
Kedua poin sebelumnya, nomor 1 dan nomor 2 mengajarkan dan menanamkan bagaimana meminimalkan kondisi yang mengancam diri. Lalu bagaimana apabila kedua poin tersebut sudah dilakukan namun tetap menimbullkan kondisi yang tidak menyenangkan bahkan tetap mengancam?
Poin ini juga sangat perlu kita perhatikan. Kamu tahu
bahwa dirimu terancam dan berbahaya tapi kamu tidak mau menjaga jarak,
cenderung terpancing ke zona di mana kamu akan sangat mudah dilumpuhkan. Jadi
zona seperti apakah itu yang dapat melumpuhkanmu?
Menurutku inilah
zona di mana kamu bisa tahu mana yang berbahaya bagimu
a. Zona dekat
Kamu sangat dekat dengan orang yang mengancammu. Sudut
pandangmu hanya bisa melihat bahu hingga mukanya, napas dan aroma tubuhnya
mampu kamu rasakan seketika itu juga. Jadi ini adalah zona paling berbahaya,
saat di mana kamu semakin sedikit melihat sehingga gerakan-gerakan orang yang
mengancam itu juga akan semakin cepat menghujani tubuhmu. Ingat, mengancam itu
bukan hanya dengan cacian, bukan dengan pukulan kepalan tangan atau tendangan
kaki saja namun bisa juga dengan lutut, siku, kepala, bantingan, senjata ataupun
bahkan hal lain yang tidak akan kamu pikirkan sebelumnya. Jangan di zona ini,
keluarlah, apalagi jika kamu tidak
sekalipun terlatih untuk bertahan dan bertarung di jarak paling dekat ini.
![]() |
Contoh berada di Zona Dekat |
b. Zona menengah
Zona ini membuatmu masih jelas dan fokus melihat orang
yang mengancamu secara utuh, dari kaki hingga kepalanya namun masih sangat
sempit melihat lingkungan sekitarmu. Pada zona ini, kamu masih pada jarak di
mana orang dapat memukul ataupun menendangmu. Kamu tidak akan berpikir ataupun
mengira apa yang akan orang itu lakukan padamu. Kembalilah kepada poin 1 juga,
tidak ada yang fair sehingga memang kamu sudah sangat siap menghadapi situasi seperti
ini. Apabila memang harus pada situasi seperti ini maka ciptakanlah zona di
mana kamu bisa mempertahankan dirimu sendiri dengan jangkauan tangan dan kakimu,
selalu mengingat teknik apa yang sering kamu latih dan praktis paling bisa kamu
gunakan.
![]() |
Contoh (1) berada di Zona Menengah - Pukulan |
![]() |
Contoh (2) berada di Zona Menengah - Tendangan |
c. Zona terjauh
Kamu tahu pasti, hal mana yang mengancam dan
membahayakan dirimu. Pertahanan yang paling dasar bisa dilakukan semua orang
adalah berteriak dan berlari. Jika kamu tidak sekalipun pernah berlatih bela
diri maka setidaknya kamu tahu bagaimana caranya berlari sambil berteriak
meminta tolong. Jauhi saja dan jangan pernah masuk ke dalam zona di mana kamu
tidak bisa melakukan apapun!
Ketiga zona ini
akan sangat dimengerti oleh diri kita masing-masing yang terbiasa karena
dilatih sehingga membentuk reflek dan mental untuk menghadapinya. Poin ketiga
ini adalah kondisi terakhir di mana poin pertama dan kedua sudah tidak berlaku
lagi, dan hanya kondisi yang paling mendesak yang terjadi.![]() |
Contoh berada di Zona Terjauh |
Besar harapan melalui tulisan
ini supaya kita semakin waspada dan mampu menjaga diri kita masing-masing dari
ancaman. Sekali waktu ambil waktu untuk berolahraga walaupun sekedar lari.
Apabila sempat dan memiliki waktu maka cobalah mengenal dan belajar bela diri
dari seorang pelatih, kerabat atupun kumpulan video di internet sekalipun dan
jangan melakukan teknik berbahaya tanpa pengawasan ahlinya.
Terima kasih secara khusus untuk teman-teman di Hapkido Politeknik Mekatronika Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan waktu, tempat, dan tenaga sehingga membantuku membuat tulisan sederhana ini.
Terima kasih secara khusus untuk teman-teman di Hapkido Politeknik Mekatronika Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan waktu, tempat, dan tenaga sehingga membantuku membuat tulisan sederhana ini.
Sangat membantu sekali Sabeum, mudah dipahami untuk saya, mungkin karena saya sudah belajar beladiri. Terima kasih Sabeum, sdh mengajarkan bahwa beladiri itu bukan utk pamer, tetapi utk menajga diri, bersikap bijak dan bertanggung jawab :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir menengok blog sederhana ini. Syukurlah kalau mudah dipahami dan dirasa bermanfaat. Semoga makin membuat kita semua lebih baik dan bijaksana, bukan hanya sebagai praktisi bela diri namun juga semuanya saja. Tetap rajin berlatih ya!
DeleteWood job Sabeum 😌
ReplyDeleteThank u so much H.V , telah mampir ke blog sederhana ini. Salam kebaikan selalu ya. Jangan lupa dibagiin juga ke yang lain kalau tulisan sederhana ini dirasa bermanfaat, bukan hanya buat kita yang suka atau sedang belajar bela diri saja :)
Delete